Konsekuensi dari pekerjaan ayah kalian adalah berpindah-pindah tempat. Biasanya setiap 2 tahun sekali. Waktu awal menikah tahun 2014, kami hidup di Bekasi. Tidak lama dari Ammar lahir pada tahun 2016, ayah dipindahkan ke Cirebon. Mama harus resign dulu dari pekerjaan 10 bulan setelahnya, agar bisa ikut ayah. Tahun 2019, bertepatan dengan tahun berpulangnya kakek Agus, ayah dipindahkan ke Jakarta. Tahun 2020, terjadi kejadian luar biasa yaitu pandemi covid19. Namun ternyata kalau harus pindah ya pindah, awal 2021 ayah dipindahkan lagi ke Pekanbaru. Saat itu sudah ada Caca dan Wawa. Dengan beberapa pertimbangan, Mama putuskan tidak ikut pindah.
Dengan arrangement pulang 2 minggu-1 bulan sekali, Mama pikir cukuplah untuk kelangsungan keluarga kita. Kalau ada apa-apa, toh lebih enak di Depok. Ada nenek dan etek-etek.
Namun seiring berjalannya waktu, siapa sangka beberapa isu mulai bermunculan. Dulu Mama pikir, keberadaan kedua orang tua itu hanya penting ketika anak masih bayi atau balita. Namun ternyata ketika sudah usia TK dan ke atas, kekurangan itu mulai terasa. Mama mulai kewalahan jika hanya mengasuh sendiri. Apalagi untuk Ammar, di rumah Mama dan Nenek, tidak ada sosok laki-lakinya sama sekali.
Ada kalanya Mama termenung saat berlari, wow, punya anak itu sangat tidak gampang ya. Kesalahan sedikit dari kita, bisa menyebabkan luka yang berdampak pada keseharian ataupun di kemudian hari. Luka pengasuhan... yang kadang kita wariskan. Bagaimana ya cara memutusnya 😓
Anyway, next assignment, kita sekeluarga akan ikut Ayah. Sekarang yang penting gimana caranya kita mesti bareng-bareng, bahu membahu untuk keluarga ini. Please bear and work with me ya kids...
Comments
Post a Comment