Skip to main content

Yang dipikirin kalo lagi lari...

Apa sih yang sering Mama pikirkan saat lari?

Terkadang mama mikirin kalian lo, terus lama-lama mama mikirin tagihan. Lah jadi pusing, males ah...

Jadilah Mama lebih sering memperhatikan kanan kiri jalan yang Mama lewati. Karena 14 Februari nanti akan ada pemilu, jalan pun ikut semarak dengan berbagai macam spanduk kampanye caleg dan capres. 

Beberapa nampaknya masih muda seperti Mama 😎 (lahh wong ada cawapres yang cuma beda 2 tahun dari mama), banyak juga generasi Nenek yang masih mencalonkan diri. 

Ada muka-muka familiar, ada juga yang baru. Kadang Mama ingin mengkritik, tapi satu yang pasti...

Mereka lebih baik dari Mama (kecuali kalo pernah korupsi dan makan uang rakyat), biar bagaimanapun mempunyai keberanian untuk mencalonkan diri dengan tujuan mengurus negara ini sudah patut diacungi jempol. Setahun jadi bendahara komplek saja mama tidak tahan, ga kebayang kalo amanahnya lebih besar lagi. 

Pokoknya memegang uang orang lain itu sangat tidak enak. Enakan uang sendiri ðŸĪŠ

Comments

Popular posts from this blog

Transisi Menuju LDM

 Sebenarnya mama bingung banget mau nulis apa dan kebetulan ini adalah minggu ke-5 absen menulis di 1 minggu 1 cerita. Seperti biasa, kalau minggu ini tidak nulis, bisa didepak. Dan mama telah bertahan 2 tahunan belum terdepak 😛 Saat menulis ini, sedang ada ART PP baru yang bekerja di rumah kita. Pertama kalinya dalam riwayat berumah tangga mama punya pembantu. Sampai bingung mau disiruh ngapain, karena tidak ada kerjaan cuci-gosok. Eh ternyata banyak yang bisa dilakukan, hari ini Mama tugaskan Bu Ipah untuk membersihkan dapur dan kamar mandi belakang. Wuihhh dapur cling banget, daerah kotor dekat tempat sampah sudah bersih sekali.  Tapi ya namanya juga pertama kali, bingung ada orang lain di rumah. Bu Ipah bebersih kamar mandi, mama ikutan nyapu tipis-tipis bagian luar. Masih belum biasa ngga kerja rumah. Tapi Mama harus belajar, untuk kesehatan mental yang akan berdampak ke anak-anak juga. Di balik anak-anak dengan tumbuh kembang baik ada Mama yang SEHAT MENTAL. Betulll... ...

Excited yet Scared

Konsekuensi dari pekerjaan ayah kalian adalah berpindah-pindah tempat. Biasanya setiap 2 tahun sekali. Waktu awal menikah tahun 2014, kami hidup di Bekasi. Tidak lama dari Ammar lahir pada tahun 2016, ayah dipindahkan ke Cirebon. Mama harus resign dulu dari pekerjaan 10 bulan setelahnya, agar bisa ikut ayah. Tahun 2019, bertepatan dengan tahun berpulangnya kakek Agus, ayah dipindahkan ke Jakarta. Tahun 2020, terjadi kejadian luar biasa yaitu pandemi covid19. Namun ternyata kalau harus pindah ya pindah, awal 2021 ayah dipindahkan lagi ke Pekanbaru. Saat itu sudah ada Caca dan Wawa. Dengan beberapa pertimbangan, Mama putuskan tidak ikut pindah. Dengan arrangement pulang 2 minggu-1 bulan sekali, Mama pikir cukuplah untuk kelangsungan keluarga kita. Kalau ada apa-apa, toh lebih enak di Depok. Ada nenek dan etek-etek. Namun seiring berjalannya waktu, siapa sangka beberapa isu mulai bermunculan. Dulu Mama pikir, keberadaan kedua orang tua itu hanya penting ketika anak masih bayi atau balita....

Bulan Pertama LDM

 Hi anak-anak, Mama disini, menulis lagi karena lagi-lagi hampir di depak. Di tahun 2022 ini, keluarga kita harus berpisah untuk sementara dengan Ayah yang ditugaskan ke Pekanbaru. Alhamdulillah, ayah dapat deal lumayan bagus sehingga Ayah bisa minta tiket pesawat PP setiap 2 minggu sekali untuk bertemu kita.  ((lalu ibu-ibu yang LDM pada protes, yaelahh itu mah bukan LDM)) Hehehe iya kurang lama ya. Awalnya mama agak cemas juga sih menjalani hari-hari tanpa Ayah, karena selama hampir 2 tahun, Ayah sudah mulai terlatih untuk mem back up urusan di rumah. Bisa dibilang Ayah kalian sangat hands on  lah urusan anak dan rumah. Ya walaupun standarnya tetap harus diturunkan ya, tapi Alhamdulillah sekali Ayah termasuk laki-laki yang mau "turun" gunung. Mari kita enyahkan patriarki minimal di keluarga kita ya. Ini artinya, kamu, AMMAR, nanti harus bisa juga bantu pekerjaan rumah istri kamu. Setiap 2 minggu Ayah pulang, sampai di rumah Jumat malam, pulang lagi lagi Senin shubuh, ar...